SEJARAH LUHAT DJANDJILOBI DAN LUHAT HASAHATAN DI BARUMUN
SEBUAH LEGENDA NYATA DI SIBUHUAN
PADANG LAWAS
Secara sederhana
Oleh Ramhasbi
Mengenang Luhat Djandjilobi dan Hasahatan di Sibuhuan pada abad ke 15 Tahun 1495 merupakan suatu fakta sejarah di Luhat Barumun yang tidak dapat dipisahkan dengan legenda masyarakat hingga saat ini, secara geografis wilayah Sibuhuan di Barumun, masih satu wilayah dengan Padang Lawas ini dapat disimpulkan dengan adanya banyak percandian (Stupa) di temui di sepanjang aliran Sungai Barumun yang berhulu di Sibuhuan. Candi- candi ini adalah peningggalan bekas peradaban Hindu yang diperkirakan peninggalan Raja Rayendra Cola I yang memulai peradabannya.Di daerah antara Barumun dengan Padang lawas.
Bangunan bangunan ini merupakan bangunan Stupa terluas di provinsi Sumatra Utara, karena Candi Bahal arealnya melingkupi kompleks Bahal I sampai Bahal III. Singkat kata Kerajaan ini meninggalkan satu komplek percandian Di Padang Lawas dan Barumun sebanyak 16 Stupa/Bangunan Candi, diduga Stupa-stupa tersebut dibangun seabad pada masa pemerintahan Kerajaan Panai,di Sumatera bagian Timur.
Pada awalnya Raja Rayendra Cola disamping siar agama, keinginannya menemukan daerah Padang Lawas, kemungkinan factor penyebabnya adalah karena hasil rempah rempah yang melimpah serta disepanjang sungai barumun sering ditemukan butiran emas, ini di yakini karena dengan cara tradisional para penduduk sering Mendulang emas, timbul dugaan kuat bahwa butiran emas ini berasal dari Hulu Barumun sehingga tahun 1025 dan 1030 Raja Rayendra Cola memutuskan untuk membuka perkampungan sekaligus tempat peradaban dengan membangun stupa dibeberapa tempat di pinggiran Sungai Barumun. Penghuninya pada masa itu masih dibilang sangat langka/jarang, belum ada satu kesatuan atau kelompok peradaban manusia atau peraturan adat sebagai aturan hukum dalam ikatan masyarakat yang berbentuk sebuah kerajaan.
Pada Abad ke 11 Rayendra Cola, Sekitar Tahun 1025 – 1030 dari Kerajaan Tanjore (India Selatan), masuk melalui Muara Aru Barumun didaerah Panai, untuk memperluas kekuasaannya mulai menyusun strategi penyerangan ke beberapa wilayah di Sumatera.
2
Pada tahun 1025 Rayendra Chola menyerang Kerajaan Sriwijaya dan menangkap Raja Sriwijaya,sekaligus menguasai kesultanan Sriwijaya, namun system pemerintahan di kerajaan tetap berlanjut dan segala keputusan harus melalui pimpinan Raja Chola yang sebelumnya Tahun 1023 juga menaklukkan kerajaan Panai di daerah muara aliran sungai Barumun, Selanjutnya menyerang daerah Tapanuli bagian selatan (Sidempuan) mulai dari Perbatasan Mandailing sampai Sipirok daerah ini menjadi kekuasaan Raja Cola sehingga daerah itu disebut daerah Hang Chola yang pada angkhirnya disebut Angkola.
Akhir kekuasaan Rajendra Chola I. Mulai hengkang dari angkola karena pada saat itu wabah penyakit menular sejenis Lepra meluas di Angkola inilah salah satu paktor penyebab orang orang dari Raja Chola meninggalkan Tapanuli bagian selatan.
Setelah mengahiri masa kejayaannya di kerajaan Panai maka pada tahun 1299-1512 berdiri Kesultanan Aru Barumun didaerah Panai Labuhan Bilik dibawah pimpinan Sultan Malik Al Mansyur keturunan anak dari Malik Al Saleh dari Kerajaan Pasai.
Barumun adalah nama sungai yang membentang antara Barumun dengan Padanglawas yang merupakan sarana transportasi air pada zaman dahulu kala sedangkan Aru Barumun adalah sebuah kesultanan yang terletak dimuara sungai Barumun Labuhan Bilik Sumatera bagian Timur yang merupakan kerajaan pertama menganut agama Islam di Indonesia, berdekatan dengan jalur pelayaran Internasional di Selat malaka sehingga Kesultanan Aru Barumun yang merupakan bagian dari kerajaan Pasai Dijadikan tempat transit oleh pedagang Islam dari berbagai Negara sehingga Sumatera merupakan daerah yang pertama menganut agama Islam yang dibawakan oleh pedagang pedagang Arab.
Jadi jelas Sungai Barumun di Sibuhuan sudah dikenal sejak pada abad ke 11 ini dimungkinkan dari aliran sungai Barumun yang mengaliri daerah mulai bagian dari Hulu Barumun di Sibuhuan mengalir bertemu aek sihapas dan Batangonang terus ke sungai Binanga bertemu sungai Batangpane di Gunungtua terus mengalir ke Panai hulu melewati Kota Pinang dan Labuhan Batu yang pada akhirnya bermuara di Aru Barumun Labuhan Bilik sekitar Selat Malaka. Karena aliran sungai barumun pada zaman itu merupakan sarana transportasi jalur perdagangan untuk mengakut hasil bumi dari Hulu Barumun hingga ke Muara Aru Barumun di Labuhan Bilik. Inilah salah satu paktor penyebab Stupa Stupa posisinya dibangun oleh Raja Chola
3
Selalu dipinggiran sungai Barumun. kemudian SultanMalik Al Mansyur keturunan anak dari Malik Al Saleh dari Kerajaan Pasai menjadikan kerajaan yang berlokasi di Muara Barumun itu dinamakan kesultanan Aru Barumun.
SIBUHUAN di Wilayah HULU AEK BARUMUN pada masa itu belum ada peradaban manusia karena daerah itu merupakan Hulu Sungai Barumun,jadi Hulu Barumun sudah ada sejak abad Kerajaan Panai bahkan sejak mata air yang keluar dari kaki gunung Bukit Barisan dan nama Sibuhuan belum terucap lahir, yang ada hutan belantara,yang berada di sekitar gunungBukit Barisan yang memisahkan Siabu Panyabungan di Mandailing dengan Siraisan, Siundol dan Pagaran Bira di Barumun,kalau dari Mandailing/Panyabungan Tonga mungkin masuk dari Banjar Sibaguri Hutasiantar sekitar Aaeksimata ke arah Gunung Baringin dan Gunung Bukit Barisan inilah yang memisahkan Panyabungan dengan Janjilobi/Sibuhuan setelah Sigiring-Giring sedangkan jalan utama ke Sigiring Giring masuk dari daerah Hasahatan/Sibuhuan akan tetapi lebih dekat dari arah Janjilobi/Sibuhuan dengan cara potong kompas (mamintas).
ASAL HASIBUAN. Pada Abad ke 15 (Tahun 1455) Radja Hasibuan sian Sigaol dari Toga Sobu turunan Tuan Sorba Dibanua dari si Radja Batak (I) Pertama setelah Guru Isumbaon. Radja Hasibuan mempunyai anak laki 5(lima) orang
Si Radja Batak I
\
G.T.Bulan -- Guru Isumbaon -- Toga Laut
\
Tuan Sori Mangaradja -- Raja Asi Asi -- Sangkar Simalidang
\
T. Sorba Didjulu -- Tuan Sorba Dibanua -- T. Sorba Didjae
\
Toga Sobu (Tahun 1455)
\
Radja Tinandang (Sitompul) -- Radja Hasibuan (Sigaol Toba)
Anak Radja Hasibuan (Sigaol Toba) dari kelima orang tersebut :
1. Anak Pertama Radja Mardjalo.
2. Anak Ke Dua Guru Mangaloksa.
3. Anak Ke Tiga Guru Hinombaan.
4. Anak ke Empat Guru Maniti.
5. Anak Ke Lima Guru Mardjalang.
4
Mohon Maaf… untuk anak perempuan tidak diuraikan karena system Paradaton Batak anak perempuan tidak dicantumkan dalam Stamboom, namun Dalihan Natolu tetap Dihormati (Kahanggi, Mora asa Anakboru) tetap mar Siamin Aminan, yang kira kira artinya Sahata hamu Sakahanggi, olo mangihutkon hata ni Mora janamalo elek tu maradu anak boruna.
Untuk sekedar mengetahui si Opat Pusoran di Marga Hasibuan dari anak ke 2(dua) Guru Mangaloksa dijelaskan sekilas saja, kemudian Radja Tinandang yang merubah namanya menjadi Sitompul adalah kakak beradik dengan Radja Hasibuan akan tetapi lebih tua Radja Tinandang. selanjutnya kami akan membahas dari Anak ke 5(lima) Guru Mardjalang yang pergi ke Barumun dan tetap memakai Marga Hasibuan.
Si Opat (4) Pusoran. Pusoran di Barumun artinya pusat Kisaran atau Putaran bila gambarannya dengan sungai berarti pusat kisaran air sungai pada muara atau lubuk pada sungai itu, dan bila gambarannya dengan Pusoran pada Manusia mengarah ke sikap dan tanda kepribadian manusia yang selalu di lihat bagian Kepala, Manusia dilahirkan dari satu genetis terkadang membawakan watak masing- masing namun kepribadian cenderung sama, bagaimana hubungannya dengan turunan Marga Hasibuan disebut si Opat Pusoran ???.... kami tidak jarang menemukan secara langsung di lapangan bahwa perdebatan menegenai keberadaan si Opat Pusoran di Marga Hasibuan yang selau menganggap bahwa opat Pusoran itu Hasibuan, Lumbantobing, dan Hutagalung disebut dipusoran itu ini sebenarnya kurang tepat yang sebenarnya adalah ; dari Anak Ni Radja Hasibuan itu yang bernama Guru Mangaloksa yaitu Anak ke 2 (dua) dari lima bersaudara dan pergi ke Silindung Tarutung dan membuka Huta disana dari Guru Mangaloksa ini lahir anaknya 4 (empat ) orang laki-laki yaitu :
1. Anak Pertama Si Hutabarat.
2. Anak Ke Dua Si Panggabean.
3. Anak Ke Tiga Si Hutagalung.
4. Anak ke Empat Si Hutatoruan.
Inilah yang disebutsi Opat Pusoran, merupakan cucu si Radja Hasibuan dari anaknya Guru mangaloksa. Sedangkan Lumbantobing dan Hutagalung adalah cucu si Guru Mangaloksa dari anaknya si Hutatorun, kemudian dari keturunan Guru Mangaloksa dari genetis jalur Radja Hasibuan menjadi Raja-Raja di Bonan Dolok.
5
Islam di Kesultanan Di Aru Barumun.
Sejak keberadaan Kesultanan Aru Barumun sebagai bagian dari kerajaan Pasai dari Aceh sejak awal sudah menganut Agama Islam.
Pada Abad ke 7 Tahun 674 M Islam sudah masuk ke Indonesia melalui Aceh utara diwilayah Pasai namun belum begitu dikenal namun perkampungan orang orang arab maupun dari berbagai Negara yang masuk Islam sudah ada di Aceh kemudian baru mengalami perkembangan pada Abad ke 13, Tahun1292.
Islam di Indonesia disebar luaskan secara damai tidak ada unsur paksaan dan berjalan sesuai proses dan kaidah kaidah secara islami, ini tidak terlepas dari peranan para Pedagang, yang sebelumnya sudah memeluk agama Islam, para muballiq, kesultanan yang ada diseluruk pelosok Nusantara.
Jadi Bila dihubungkan dengan kelahiran Islam ditanah Arab yang dibawakan Oleh Nabi Besar Muhammad S.A.W.dengan kehadiran Islam di Indonesia hanya selang selama 64 Tahun Pada Tahun 610 M.Nabi Muhammad menerima Wahyu pertama dari Malaikat Jibril di Gua Hiro dilereng Bukit Hiro dimana pada saat itu malaikat Jibril memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca wahyu yang diturunkan Allah SWT pada bulan Romadhon ketika umur Nabi Muhammad pada saat itu menjelang usia 40 tahun
NABI MUHAMMAD SAW.Pada Tahun 570 Lahir di Mekah pada hari Senin tanggal 12 Rabiulawal Tahun pada saat itu disebut Tahun Gajah dan pada tahun 595 Menikah dengan Khadijah kemudian pada tahun 610 Menerima wahyu (I) dari Allah SWT yang disampaikan Malaikat Jibril maka Islam pun Lahir Ke Dunia melalui Tanah Arab. Aminnn..
Kesultanan Malaka (1400–1511).Adalah sebuah kerajaan besar disemenajung Malaya didirikan oleh Parameswara, seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya, kesultanan ini cukup ditakuti dan keberadaannya selalu diperhitungkan oleh kesultanan lain, karena Cina dengan Malaka sejak lama sudah menjalin hubungan diplomatic yang baik, maka dengan cara Bagaimanapun Cina mulai memikirkan betapa pentingnya mendapat tanah di kawasan kota untuk keperluan tempat tinggal dan pemiagaan maka cinapun memainkan perananpolitik solidaritas, agar tujuannya dapat tercapai maka Pada tahun 1411, Raja Malaka pernah melakukan kujungan balasan ke Cina yang terdiri dari isteri dan menteri menterinya sehingga Kesultanan ini berkembang pesat didaerah selat malaka dan menjadi sebuah pelabuhan terpenting di Asia Tenggara.
Akhirnya dalam kurun waktu beberapa tahun, tanah-tanah orang Melayu di kawasan kota dan pantai yang strategis, secara ekonomis mulai dikuasai oleh etnis Cina.
6
Parameswara yang bergelar Sultan Iskandar syah Raja pertama yang mendirikan Kesultanan Melayu ditepi sungai berkam disemenanjung Malaya ditempat ini dijadikan Pusat pemerintahan Malaya karena tampatnya yang strategis disemenanjung Malaya serta daratannya yang luas dan subur, konon Raja Sultan Iskandar syah memberikan nama daerah ini daerah Malaka karena daratan tersebut ditumbuhi pohon malaka yang cukup rindang sehingga Sultan Iskandar Syah sering berteduh didaerah ini sambil melakukan kegiatan itirahat maupun kegiatan lain diluar kegiatan kesultanan kemudian daerah ini juga sering disinggahi para Pedagang untuk berteduh dibawah pohon Malaka sehingga daerah ini disebut daerah Malaka dengan berdirinya kesultanan yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Syah Maka kesultanan ini di sebut Kesultanan Malaka.
Kesultanan Aru Barumun.
Sejak keberadaan Kesultanan Aru di Muara Barumun pada masa masa kejayaannya sejak dari Sultan Malik Al Mansyur putera malik Al saleh Dari Kerajaan Pasai kemudian digantikan Sultan Hassan Al Gafur dan pada tahun 1336 sampai Tahun 1361digantikan Firman Al karim, pada zaman inilah kesultanan Aru Barumun dibawah pimpinannya selalu mendapat serangan berkali kali dari berbagai kesultanan yang datang dari berbagai kerajaan lain yang ada di Indonesia, salah satunya adalah kerajaan Madjapahit mencoba menggempur Kesultanan Aru Barumun akan tetapi pasukan laut nya dapat membendung Pasukan Madjapahit dan akhirnya kekuatan Madjapahit terpukul Mundur oleh Pasukan laut dari kesultanan Aru Barumun.
Kesultanan Malaka Di Aru Barumun.
Pada Tahun 1459 s/d 1462 Kesultanan Aru Barumun digantikan oleh Sultan Hamid Al Muktadir baru berusia Kira kira 3 tahun lebih berkuasa,maka pada
tahun 1469, kesultanan Aru Barumun diserang oleh kesultanan Malaka dibawah pimpinanSultan Mansyur Syah yang berkuasa pada tahun (1459—1477) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka
Dalam invasinya ke kesultanan Aru Barumun semua Angkatan Laut Aru Barumun Dihancurkan daerah perbentengan dirobohkan bangunan bangunan dibumihanguskan oleh Pasukan Kerajaan Malaka, karena Sebelumnya Keberadaan Kesultanan Aru Barumun di bagian selat Malaka yaitu di muara Sungai Barumun Labuhanbilik selalu mengenakan biaya pajak setiap pedagang, hal ini mengganggu keberadaan Kerajaan Malaka yang melakukan system perdagangan bebas di sepanjang semenanjung Malaka inilah salah satu penyebab invasi malaka terhadap aru Barumun.
7
Malaka Sebagai Pelabuhan bebas, telah menjadi simbol kemegahan bangsa Melayu, atas kemajuan dalam berbagai bidang yang dicapainya.,sebagai daerah Semenanjung yang yang diapit oleh Selat malaka dengan Sumatera. dalam konteks aktivitas penduduk sehari hari beranggapan bahwa Keberadaan mereka tidak berbeda dengan penduduk lainnya,mereka beranggapan serumpun dari sama sama suku melayu dan kenyataanya memang demikian hingga sekarang, solidaritas antara sesama suku suku di Semenanjung dan Sumatera juga sangat akrab seiring dengan kebudayaannya, termasuk hubungan dagang, dan politik. (salah satu peninggalannya sampai sekarang yaitu adanya kesamaan tentang persepsi lagu daerah Indonesia dengan Malaysia dan sama sama mengklaim lagu daerahnya)
Kesultanan Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari tanah Jawa., para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Islam kemudian tersebar di Pulau Jawa, Proses penyebaran Islam di Indonesia/ proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, bangsawan yang tergabung dengan kelompok para Wali Wali di Pulau Jawa.
Guru Mardjalang Ke Barumun. Sungai Barumun sudah dikenal Sejak keberadaan Rajendra Chola menguasai Panai pada abad ke 11, posisinya membelah dataran Padang Lawas dengan Barumun sehingga alirannya
menelusuri daerah pedalaman di wilayah Barumun Tapanuli Bagian Selatan sampai daerah pesisir bagian timur Sumatra Utara.
Setelah kerajaan Aru Barumun runtuh pasca Invasi kerajaan Malaka dibawah Pimpinan Sultan Mahmud SyahTahun 1469,dan terjadi kekosongan kekuatan politik, Muara Aru Barumun berubah menjadi status quo maka pada tahun 1509 portugis mengunjungi Sultan Mahmud Syah di kesultanan Malaka atas invasinya terhadap Kesultanan Aru Barumun dan menjalin hubungan kerja sama namun dibalik itu Portugis secara diam diam memainkan peranan politiknya terhadap Kesultanan Malaka sambil mencari cari kekuatan pertahanan malaka setelah semua peranan politik Portugis terhadap Malaka dapat tercapai Maka Pada Tahun 1511 Bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d’Alberquerque meyerang Malaka,Sultan Mahmud Syah Meminta Bala Bantuan Negara Cina sebagai kerabatnya kepada Dinasty Ming dengan maksud supaya dapat membantu Sultan Malaka dalam menghadapi serangan Portugis. Akan tetapi Dinasty Ming menolak tawaran itu dengan
8
berbagai alasan yang terjadi di Negaranya, Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.
Dengan kekosongan politik yang berkepanjangan di Aru Barumun maka Pada tahun 1802-1816, di bawah pimpinan Fachruddin Harahap, dari Gunung Tua yang bergelar Baginda Soripada, merebut sebagian Hulu Barumun dari bekas Kesultanan Aru Barumun, kemudian Pada Tahun 1820 Kotapinang dibangun kembali oleh Alamsjah Dasopang dan menjadi tuanku KotaPinang. Namun sebelumnya pada tahun 1469 dan sebelum Invasi Portugis ke Malaka saat saat suhu politik antara Portugis dengan Malaka memanas, situasi di Muara Barumun terlepas dari berbagai pengamatan para kesultanan, maka Pada Abad ke 15 kira-kira Pada tahun 1495 melalui Aliran Sungai Barumun Guru Mardjalang memulai peradabannya Di Lobu Botung Dipinggiran Hulu Sungai Barumun lokasi ini kurang lebih berjarak 1 km dari Hasahatan yang sekarang, penghuninya pada saat itu belum ada kelompok peradaban manusia atau peraturan adat belum sepenuhnya ada, secara adat aturan hukum dalam ikatan masyarakat juga belum sepenuhnya terbentuk, disinilah Guru marjalang membuka perkampungan dengan latar belakang tetap memakai Marga Hasibuan jurusan Botung maksudnya Marga Hasibuan yang di bawakan sesuai jalur genetic dari ayahnya Raja Hasibuan dari Sigaol Toba,sedangkan versi Botung disesuaikan dengan tempat nya di Lobu Botungdi Hulu Barumun.
Daerah Hasahatan, disinilah asal muasal Hasibuan Botung di Barumun Salah satu keturunannya yang paling cepat ditemukan saat ini walaupun sebahagian belum mengenalnya adalah saya sebagai penulis legenda ini.
Pada Dasarnya Guru Mardjalang dengan Rumpun marganya Hasibuan versi Botung mendiami seluruh luhatnya kemudian Mencari dan mengajak satu persatu dari berbagai tempat disekitarnya untuk membentuk sebuah perkampungan yang kemudian disebut luhat,Untuk membentuk suatu luhat sekaligus menjadi pengetua adat haruslah ada aturan hukum yang harus ditetapkan yang harus dipatuhi. Untuk menjalankan pemerintahan huta dan luhat dibentuklah sistem Paradaton yang mengatur sedemikian rupa dengan berlandaskan prinsip kekeluargaan yang disebut DALIHAN NATOLU dengan adanya aturan ini sudah merupakan hukum dasar dalam ikatan masyarakat.
Kemudian penyebab Guru Mardjalang migrasi ke Barumun tidak dibahas dalam tulisan ini,- itu kami anggap sebagai urusan internal di Sigaol Toba dan kehadirannya di Barumun kami ucapkan Mauliate ma Ompung nami atas keberadaannya sebagai Mulajadi turunan Marga Hasibuan di Tapanuli Selatan yang Asalnya Topak sian Lobu Botung di Hulu Barumun.
9
HASAHATAN, DJANDJILOBI DAN SIBUHUAN.
DI LUHAT BARUMUN
HASAHATAN.Suatu Nama Luhat perkampungan yang tidak asing DiLuhat Barumun satu diantara ketiga nama ini, lahir dari tangga halaman Lobu Botung dipinggiran Hulu Sungai Barumun. Setelah beberapa tahun kemudian Lobu Botung secara perlahan menjadi suatu luhat dan kampung kampung pemukiman pun mulai beridiri sebagai pagaran huta (anak huta) disekitarnya, salah satunya adalah Huta Binabo tempat Huta kakak beradik yaitu Parmato Sopiak dan Datu Bitcu Rayo.yang membawa Marga Daulay, Matondang dan Batubara. Huta- huta yang berstatus Pagaran tetap bernaung dan berhaluan ke huta Bona Bulu yaitu Lobu Botung.
Pada awal abad 16 Lobu botung berencana dipindahkan ke huta Hasahatan karena huta ini dianggap strategis. Maksudnya Kalau pada suatu saat Huta Bona Bulu/Lobu Botung berhubungan dengan Huta Pagarannya sebagai anak huta, misalkan dengan kegiatan tertentu baik itu kegiatan Siriahon (pesta) maupun Siluluton (duka cita) tentu segala hal aktivitas mudah tercapai. Hal ini terbetik dalam hati karena sebelumnya di huta ini sudah didirikan sejenis Sopo Godang (pos perkumpulan) dan di tempat ini penduduk pagaran sering menitipkan atau bahasa barumunnya panyahatan maksudnya hasil hasil pertanian dan perkebunan untuk dijual ke pasar yang ada di Pinggiran Sungai Barumun sekitar Lobu Botung, kala itu hari onan kegiatan pasar hanya sekali seminggu (hari Poken) hingga kampung ini dinamakan huta Panyahatan dan akhirnya disebut Hasahatan.Keberadaan Hasahatan tidak terlepas dari kebijaksanaan dari Huta Bona Bulu/Lobu Botung yaitu Namora Sinde Tua inilah yang disebut Guru Mardjalang orang yang diduga merubah namanya setelah sampai di Hulu Barumun dan orang pertama yang membuka Kampung Hasahatan dan mengatur turunannya menjadi Raja Raja Diluat Hasahatan tetap memakai Marga Hasibuan Jurusan Botung.
Namora Sinde Tua
\
Ompun Sodoguron -- Ompun Panahan Tunggal -- Ompun Pangulu Radja
Dengan berdirinya huta Bona Bulu dibentuklah satu Pemerintah huta Luhat Hasahatan, dibawah kekuasaan tetua adat Disebut Kuria, segala hasil musyawarah yang dicapai diputuskan oleh Kuria yang bertempat tinggal di Bagas Godang (kediaman sang Raja).
10
Namora sinde Tua sebagai yang mengatur Raja-raja maka di tunjuk salah satu turunan nya untuk duduk dalam Hakuriaan tersebut yaitu Ompun Sodoguron, untuk menjalankan pemerintahan di Luhat Hasahatan yang disebut Patuan. kekuasaan Kuria, ini membawahi semua huta Pagarannya yang ada didaerahnya (Luhatnya).
DJANDJILOBI. Luhat Djandjilobi, Masih merupakan pecahan dari tangga halaman Lobu Botung dipinggiran Hulu Sungai Barumun yang tidak jauh lokasinya, kira kira 5 km dari Luhat Hasahatan diantara kedua luhat ini terbentang jalan raya yang menghubungkan Hulu Barumun di Siraisan ke Pasar Sibuhuan sehingga membelah kedua Luhat ini sekaligus menjadi tapal batas antara Luhat Hasahatan dengan Luhat Djandjilobi.(sekarang Jln Raya KH. Dewantara)
Djandjilobi dibawah pemerintahan Huta Bona Bulu Yaitu Mahodum Pangulu Bosar adalah orang yang pertama Mambuka Huta Djandjilobi sekitar 1539 – 1617. Dengan kronologisnya sebagai berikut :
Sutan Bangun dari Ompun Sodoguron punya anak 3 Tiga) orang putra Yaitu Ompun Bangun, Ompun Taronggal, dan OmpunLumindak.
Ompun Bangun -- Ompun Taronggal -- Ompun Lumindak
( Mondang Lamo ) ( Tanjung ) ( Paringgonan Matua )
|
Mangaradja Parlindungan
Ke3 (tiga) anak Sutan Parlindungan ini yang paling tua adalah ompun Bangun kala itu pergi dari Lobu Botung menuju Mondang disana dia membuka huta yang baru, Ompun Taronggal membuka Huta di Tanjung dan Ompun Lumindak membuka Huta di Paringgonan Matua. Ompun Bangun sengaja memisahkan diri dengan saudaranya yang ada di Lobu Botung, pergi ke Huta Mondang/Pinarik dan mendirikan Huta Bona Bulu kembali,kemudian Ompun bangun mempunyai cucu dari anaknya Mangaradja Parlindungan dengan nama Sutan Bangun Mulia Tandang Hombing Djongdjongdari nama ini Lahir anaknya 4 (empat) orang ;
1. Sutan Naparas (Mambuka Huta di Hutaradja Lamo, Sosa djae)
2. Sutan Baginda Radja (Mambuka Huta di Pinarik)
3. Sutan Parlindungan (Tetap tinggal di Mondang)
4. Mahodum Pangulu Bosar (Djandjilobi)
Ompun Bangun
(Mondang Lamo)
|
Mangaradja Parlindungan
|
Mangaradja Parlindungan
|
Sutan Bangun Mulia Tandang Hombing Djondjong
|
Sutan Naparas --- St. Bag. Radja --- Sutan Parlindungan --- Mahodum Pangulu Bosar
( Hutaradja Lamo Sosa Djae ) Pinarik ) ( Mondang ) ( Djandjilobi )
Anak yang ke 4 (empat) dari empat bersaudara bernama Mahodum Pangulu Bosar (masa kecilnya disebut Djabulung Botik) inilah orang yang pertama membuka luhat dengan nama Djandjilobi.
Legenda
/Cerita yang masih bisa didengar dikalangan masyarakat asal muasal
pembukaan Luhat ini dengan nama Djadjilobi. Pada abad ke 15 sekitar
tahun 1539-1617 Mahodum Pangulu bosar ingin memisahkan diri dari
Modang mungkin ini sengaja untuk agar keutuhan dalam persaudaraannya
tetap terjaga dengan ketiga abangnya yaitu Sutan Naparas, Sutan Bag.
Radja dan Sutan Parlindungan biasanya dihalak kita Batak Anak
siampudan adalah anak yang terakhir yang harus tinggal sipanjago Huta.
Tapi ini tidak demikian Mahodum Pangulu Bosar Pergi kearah Sungai (Aek)
Galanggang mencari perkampungan untuk memulai Huta Bona Bulu, untuk
memastikan apakah daerah ini layak dijadikan Perkampungan maka beliau
pergi ke Dolok Binubu di Padang Luar dengan membawa seekor ayam putih,
dari dolok Binubu ini melepas dengan cara menerbangkannya ke arah
sungai Galanggang kemudian ayam lepas dan terbang menuju arah Hulu
Sungai Galaggang, tepatnya kira kira 2 Km dari Jembatan Galanggang
(yang sekarang) disinilah Mahodum memulai Membuka Huta namun karena
sesuatu dipindah ke arah Haruaya Sisumur (Sekarang jalan Raya
Djandjilobi) agar perkampungan itu dinilai lebih tepat maka dipindahkan
lagi ke Djandjilobi (yang sekarang) disinilah Mahodum mulai membangun
Huta/Kampung untuk memulai peradaban yang baru dengan prinsip dasar
kekeluargaan yang disebut DALIHAN NATOLU satu persatu beliau
mengajak orang perorang dari luar luhat maupun yang ada disekitarnya.
Suatu
hari Mahodum Pangulu Bosar mengumpulkan masyarakat seadanya untuk
musyawarah/berjanji membangun Rumah, dalam permusyawarahan itu mereka
sudah mendapat kesimpulan bahwa rumah yang akan dibangun 10 (sepuluh)
unit dengan seharian penuh bekerja secara gotong royong setelah
beberapa hari kemudian rumah selesai dibangun setelah dihitung yang
tadinya direncanakan sepuluh ternyata setelah selesai menjadi 11
(sebelas) berarti lebih satu dari hasil musyawarah/perjanjian yang
sudah ditetapkan. Kemudian hari berikutnya sesuai perkembangan penduduk
dimulai lagi perjanjian untuk membangun rumah kembali dengan tetap
10(sepuluh) Unit namun nyatanya setelah selesai yang terjadi seperti
semula ,juga tetap lebih satu tanpa ada unsur kesengajaan demikian
selanjutnya sampai ke 3 (tiga) kali dan tetap yang terjadi seperti yang
1(pertama) dan yang ke 2 (dua) akhirnya Mahodum Pangulu Bosar
berkesimpulan Memberikan Nama Huta/Kampung itu dengan DJADJILOBI
itulah asal muasal nama Luhat Djandjilobi (janji yang lebih).
Kampung/
Huta Tanjung Botung dengan Batang Bulu adalah perkembangan Huta
Djandjilobi yang masih disebut huta pagarannya artinya Djandjilobi,
Tanjung Botung dan Batang Bulu adalah huta turunan Mahodum Pangulu
Bosar kemudian meluas mulai dari Pinggiran Aek Galanggang, Banjar
Radja, Banjar Kubur, Dolok Binubu Bulu Sonik sampai ke daerah Sosa
dengan menempatkan masing masing turunannya sekaligus si Pukka Huta
(pembuka Kampung) dan keseluruhannya menjadikan Luhat Djandjilobi, dan
berseberangan jalan dengan Luhat Hasahatan dengan masing masing Luhat
dibawah pemerintahan KURIA yaitu Patuan Soripada.
Dimasa
masa hidupnya Mahodum Pangulu Bosar memelihara seekor Gajah warna putih
Legenda Gajah Putih adalah sebagai lambang kebesaran Raja-raja pada masa itu Gajah ini binatang kesayangannya dengan gajah ini dia dapat melihat lihat seluruh luhatnya.
Pada
Tahun 1617 ketika diakhir hayatnya Mahodum Pangulu Bosar saat
diberangkatkan menuju tempat peristirahatannya menuju pemakaman tidak
satupun yang dapat mengangkat keranda tempat beliau disemayamkan
bahkan bersatu secara ramai ramai pun tidak dapat diangkat kemudian
berkat dengan kedatangan seekor gajah putihnya mengaitkan belalainya
kearah keranda baru kemudian kerandapun dapat diangkat.,- Dengan
perjalanan sang Gajah Putih seluruh masyarakat mengikutinya dari
belakang kemanapun arah Gajah itu pergi, diakhir perjalanan itu
sampailah di Dolok Binubu Padang Luar tempat dia menerbangkan ayam
putih yang hinggap di Luhat yang merupakan awal dibukanya Huta
Djadjilobi. Di Dolok inilah Mahodum Pangulu Bosar disemayamkan hingga sekarang, dan Dolok Binubu itu merupakan tanah adat luhat Janjilobi.
Catatan :
Untuk menjaga hal hal yang tidak diinginkan, Legenda ini ditulis secara
ringkas dan terbatas, mengenai cerita yang mengadung aktivitas diluar
batas manusia atau kejadian kejadian yang aneh semasa hidup Mahodum
Pangulu Bosar tidak ditampilkan.
SIBUHUAN.
Di dalam satu luhat, umumnya terdapat banyak huta yang bestatus
pagaran salah satunya adalah Sibuhuan, sibuhuan ini adalah bekas huta
pagaran antara Luhat Djandjilobi dan Luhat Hasahatan kemudian daerah
ini berkembang dari masa kemasa sejalan perkembangan penduduk atas
kedua luhat ini, sehingga Terlepas dari sejarah pembentukan luhat tersebut secara
perlahan kepadatan penduduk berimbas ke arah Sibuhuan. Karena marga
Hasibuan mempunyai versi yang cukup kompleks bila dihubungkan dengan
Siradja hasibuan dari Sigaol Toba dan Si Opat Pusoran.
Semasa
zaman Luhat daerah ini masih dihuni sesama etnis turunnanya Sehingga
bila orang dari luar luhat berkunjung ke daerah ini orang selalu
mengatakan hutani si Hasibuan sehingga daerah ini disebut SIBUHUAN.
Namun demikian ini cukup diyakini saja dan tidak perlu pembahasan yag
berkelanjutan karena ini bagian dari legenda sejarah Luhat.
Dari
uraian ringkas di atas menggambarkan, bahwa Sibuhuan jelas adalah
merupakan sebuah luhat Etnis Asli Batak di Tapanuli Selatan Sumatera
Utara, mempunyai adat istiadat dan budaya yang tidak bisa dipungkiri .
meskipun di seluruh penduduk Tapanuli Selatan berbeda etnis namun dalam
adat istiadat dan budayanya tidak jauh beda bahkan cenderung banyak
persamaan, disamping itu karena didasari agama yang begitu kental
sehingga adat istiadat itu sedikit demi sedikit tertinggal, ini bagian
dari sekedar bukti saja, contoh misal bahwa keberadaan Mora maupun
Bagian anak boru dan Pisang Raut yang berasal dari Angkola maupun
Mandailing masih selalu enggan dikatakan Batak karena rata rata pada
umumnya dengan marga seperti Harahap, Nasution dan Siregar merupakan
marga Asli Angkola dan Mandailing sedangkan Marga diluar itu sebagian
besar berpendapat adalah Etnis Pendatang di Tapanuli Selatan percaya
atau tidak silakan pelajari lebih mendalam dan ingat ini tidak perlu
dipertentangkan dan yang terpenting syukuri dengan keberadaan kita
sekarang.
Referensi :
- Pusaka Stamboom Marga Hasibuan
- Sejarah Kesultanan Aru Barumun
- Sejarah Kesultanan Malaka
- Buku Mangharaja Onggang Parlindungan.
Mauliate tu sude Maradu Kahanggi, Mora, Anak Boru dan Pisang Raut.
By Ramhasbi
Ramlan Hasibuan Djadjilobi
luar biasa
BalasHapusLuar biasa.cuman saya mau tanya apa inti dari perkataAn hasibuan itu tersendiri.
BalasHapusLuar biasa.cuman saya mau tanya apa inti dari perkataAn hasibuan itu tersendiri.
BalasHapus